Televisi Digital
2.1 Televisi Digital dan Televisi
Analog
·
2.1.A Sejarah TV Digital dan Analog
Jaman
sekarang sih TV yang sering dijumpai itu TV dengan kualitas gambar yang bagus
dan berbagai pilihan dari masing - masing kecanggihan yang dibawa oleh setiap
merknya. Dari semua itu
tentu ada proses yang membawa televisi kini menjadi elektronik yang canggih.
Dalam penemuannya, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan ataupun Badan Usaha. TV adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
Dalam penemuannya, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan ataupun Badan Usaha. TV adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
1.
1876
-> George Carey menciptakan sebuah
selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang
listrik. Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa
itu dinamakan sebagai sinar katoda.
2.
1884
-> Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman berhasil
mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop
elektrik dengan resolusi 18 garis.
3.
1888
-> Freidrich Reinitzeer, Ahli Botani
Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan
baku pembuatan LCD. Tapi LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
4.
1897
-> Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama
diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar
berpendar jika terkena sinar. Inilah yang menjadi dasar pembuatan TV layar
tabung.
5.
1900
-> Istilah Televisi pertama kali
dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of
Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
6.
1907
-> Campbell Swinton dan Boris Rosing
dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
7.
1927
-> Philo T Farnsworth ilmuwan asal
Utah, Amerika Serikat mengembangkan TV modern pertama saat berusia 21 tahun.
Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja TV.
8.
1929
-> Vladimir Zworykin dari Rusia
menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan
teknologi yang dimiliki CRT.
9.
1940
-> Peter Goldmark menciptakan TV warna
dengan resolusi mencapai 343 garis.
10.
1958
-> Sebuah karya tulis ilmiah pertama
tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
11.
1964
-> Prototipe sel tunggal display TV
Plasma pertama kali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini
dilanjutkan Larry Weber.
12.
1967
-> James Fergason menemukan teknik
twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
13.
1968
-> Layar LCD pertama kali diperkenalkan
lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
14.
1975
-> Larry Weber dari Universitas
Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
15.
1979
-> Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak
berhasil menciptakan tampilan jenis baru Organic Light Emitting Diode (OLED).
Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis TV OLED. Sementara itu, Walter
Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film
transfer yang ringan.
16.
1981
-> Stasiun televisi Jepang, NHK,
mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
17.
1987
-> Kodak mematenkan temuan OLED sebagai
peralatan display pertama kali.
18.
1995
-> Setelah puluhan tahun melakukan
penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil
menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian
megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari
perusahaan Matsushita.
19.
Dekade
2000 -> Masing masing jenis teknologi layar
semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk
terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
·
2.1.B Perbedaan Penerimaan Sinyal
Digital dan Analog
1.
Sinyal Analog adalah sinyal data
dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah
karakteristik gelombang. Dua Parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki
oleh isyarat analog adalah amplitudo dan frekuensi. Isyarat analog biasanya
dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar
untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
berdasarkan dari analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari
perbedaan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka
jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noice. Gelombang
pada sinyal analog yang umumnya terbentuk gelombang sinus memiliki tiga
variable dasar, yaitu Amplitudo, Frekuensi dan Phase.
·
Amplitudo merupakan
ukuran tingi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
·
Frekuensi adalah
jumlah gelombang sinyal analog dalam bentuk detik.
·
Phase adalah
besar sudut dari sinya analog pada saat tertentu.
2. Sinyal digital adalah merupakan sinyal data dalam bentuk
pulsa yang dapat mengalami perubahan yang tiba - tiba dan mempunyai besaran 0
dan 1. Sinyal teersebut hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan 1 sehingga
tidak mudah terpengaruh oleh darau, tetapi transmisi dengan sinyal digital
hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relative dekat. Biasanya
sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret.
Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasanya disebut dengan bit. Bit merupakan
istilah khas pada sinyal digital. Sebauh bit dapat berupa nol (0)
atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 baah (21)
kemungkinan nilai unutk 2 bit adalah sebanyak 4 (22), berupa
00 , 01, 10 dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi
n bit adalah sebesesar (2n) buah.
·
2,1,C Perbedaan Produksi TV
Digital dan Analog
Pada kenyataannya, memang siaran digital mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan dengan analog seperti kualitas gambar yang lebih baik
dan konsisten, banyaknya data yang bisa dikirim serta berbagai macam data bisa
kita kirim. Sinyal yang dikirim melalui siaran digital tidak akan
bermasalah seperti analog. Jika pada analog, semakin jauh dari pemancar maka
sinyal akan lemah yang berakibat pada kualitas gambar. Berbeda dengan digital,
selama TV bisa menerima sinyal (walaupun lemah), TV Digital akan tetap
menghasilkan kualitas gambar yang bagus.
Berdasarkan pernyataan
diatas bahwa Televisi Digital atau penyiaran secara digital berbeda dengan
penyiaran analog dan yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah jika dilihat
dari sisi sistem penyiaran sampai berimbas atau berujung kepada kualitas dan
kuantitas audio dan visual yang dihasilkan dari dua tipe penyiaran ini.
2.2 Digital Cinema
·
2.2.A Bagaimana Produksi Film
Digital
Film adalah merupakan media
komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, yaitu adalah
penglihatan dan pendengaran, yang dimana mempunyai tema sebuah cerita yang
banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat
dimana film itu sendiri tumbuh.
Produksi film adalah proses
pembuatan suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui
penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk
akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi.
Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomi, sosial,
dan politik,
dan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Biasanya
pmebuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari
beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih
lama lagi jika muncul masalah produksi.Tinjauan produksi film itu dapat dibagi
menjadi 3 yaitu ; pra-produksi, produksi dan post-produksi.
·
2.2.B Bagaimana Keunggulan dan
Keindahan Film Digital
1. Lebih Komprehensif
Perbedaan paling utama dan
mendasar adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih
komprehensif pada pembaca. Sebuah berita di era digital tak hanya terdiri dari
teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang mengawali
momen termutakhir dari berita bersangkutan.
Dengan satu klik, pembaca bisa
dibawa ke harta karun informasi digital yang bisa menjelaskan sejarah,
kronologi dan konteks dari peristiwa yang tengah diberitakan. Peranan ini tentu
saja tidak dimiliki oleh media cetak.
2. Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi
lebih otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada
video di halaman yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah
kredibilitas dan akurasi dari informasi yang dimuat di sana.
3. Big Data
Media digital yang belum banyak
digali adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua
angka-angka hasil survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil
pemantauan bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital
terbuka (open data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.
Jika dulu suratkabar atau
majalah hanya bisa memuat satu dua paragraf temuan berbagai survei itu dan
melengkapinya dengan wawancara dengan pakar untuk menafsirkan data, kini data
mentah itu bisa ditampilkan dengan utuh di laman media digital, dengan
visualisasi yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.
Jurnalisme data akan menjadi
tulang punggung utama jurnalisme di era digital, karena teknik ini memungkinkan
publik mengakses data mentah dengan utuh, tanpa perantara dari pakar,
pemerintah atau pengamat.
Untuk itu, jurnalis harus
belajar dan berusaha keras mencari semua data-data yang relevan buat publik,
membersihkannya dan menganalisanya, untuk kemudian ditampilkan dengan
visualisasi yang mudah dipahami audiens.
Hal itu sangat penting agar
data tak berhenti sebatas angka, namun bisa jadi pengetahuan yang berguna.
4. Interaksi Langsung
Yang satu ini menjadi kemampuan
media digital yang tidak ditemukan di media cetak manapun, yakni kemampuannya
untuk terhubung langsung dengan pembaca. Relasi atau engagement antara media,
jurnalis dan pembaca kini memasuki era baru.
Pembaca kini adalah bagian dari
redaksi, bagian dari newsroom di era digital. Mereka bisa memberikan tips,
bocoran, saran, komentar, secara real time, pada redaksi. Aturan baku di media
sosial adalah: selalu ada yang lebih tahu dari Anda di luar sana.
Pola diseminasi informasi di
era digital kini multi arah, tak lagi hanya searah dari ruang redaksi yang
“maha tahu” ke lautan pembaca yang perlu “diberi tahu”. Media massa kini adalah
bagian dari percakapan publik, dimana produksi informasi tak lagi dimonopoli
jurnalis.
Apa artinya? Ini kesempatan
besar untuk jurnalisme menjadi lebih relevan. Bukankah jurnalisme pada dasarnya
adalah upaya untuk menyediakan informasi yang penting dan berguna buat publik
sehingga publik bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik?
Jika khalayak ramai bisa
langsung berkomunikasi dengan media dan menyampaikan apa saja yang mereka
anggap penting, bukankah itu akan membuat redaksi dan jurnalis bisa bekerja
lebih baik?
Jika dulu sama sekali tidak ada
percakapan antara wartawan dan pembaca, kini publik dan media bisa bersama-sama
merumuskan agenda pemberitaan, memfokuskan perhatian pada lembaga-lembaga yang
memang perlu disorot karena dampaknya yang besar untuk kehidupan orang banyak.
·
2.2.C Bagaimana Distribusi dan
Pertunjukan Film Digital
Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini.
Penyebab anjloknya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, yaitu karena sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai pelosok
nusantara gulung tikar, dan sebaliknya bertumbuhan sinepleks mewah dengan beberapa
layar. Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang
dengan
jaringan importir milik sendiri,
serta berada di mal -
mal seputar Jabodetabek dan kota - kota besar.
Meskipun begitu, masa tayang film
Indonesia justru menjadi semakin singkat
dari rata -
rata delapan minggu tahun lalu menjadi
enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak, bukan hanya
jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan. Film-film besar Hollywood
kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan tahun lalu.
Berkurangnya masa tayang dan semakin sedikitnya layar yang menayangkan film
Indonesia dalam satu periode berarti mengurangi kesempatan masyarakat menonton.
Sayangnya, salah satu dari produser yang mengeluh
filmnya kehilangan banyak layar akibatnya serbuan
film impor baru tidak bersedia dikutip keterangannya karena alasan yang masuk akal.
Televisi Digital dan Televisi Analog
2.1 Televisi Digital dan Televisi
Analog
·
2.1.A Sejarah TV Digital dan Analog
Jaman
sekarang sih TV yang sering dijumpai itu TV dengan kualitas gambar yang bagus
dan berbagai pilihan dari masing - masing kecanggihan yang dibawa oleh setiap
merknya. Dari semua itu
tentu ada proses yang membawa televisi kini menjadi elektronik yang canggih.
Dalam penemuannya, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan ataupun Badan Usaha. TV adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
Dalam penemuannya, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan ataupun Badan Usaha. TV adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
1.
1876
-> George Carey menciptakan sebuah
selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang
listrik. Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa
itu dinamakan sebagai sinar katoda.
2.
1884
-> Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman berhasil
mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop
elektrik dengan resolusi 18 garis.
3.
1888
-> Freidrich Reinitzeer, Ahli Botani
Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan
baku pembuatan LCD. Tapi LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
4.
1897
-> Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama
diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar
berpendar jika terkena sinar. Inilah yang menjadi dasar pembuatan TV layar
tabung.
5.
1900
-> Istilah Televisi pertama kali
dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of
Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
6.
1907
-> Campbell Swinton dan Boris Rosing
dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
7.
1927
-> Philo T Farnsworth ilmuwan asal
Utah, Amerika Serikat mengembangkan TV modern pertama saat berusia 21 tahun.
Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja TV.
8.
1929
-> Vladimir Zworykin dari Rusia
menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan
teknologi yang dimiliki CRT.
9.
1940
-> Peter Goldmark menciptakan TV warna
dengan resolusi mencapai 343 garis.
10.
1958
-> Sebuah karya tulis ilmiah pertama
tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
11.
1964
-> Prototipe sel tunggal display TV
Plasma pertama kali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini
dilanjutkan Larry Weber.
12.
1967
-> James Fergason menemukan teknik
twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
13.
1968
-> Layar LCD pertama kali diperkenalkan
lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
14.
1975
-> Larry Weber dari Universitas
Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
15.
1979
-> Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak
berhasil menciptakan tampilan jenis baru Organic Light Emitting Diode (OLED).
Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis TV OLED. Sementara itu, Walter
Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film
transfer yang ringan.
16.
1981
-> Stasiun televisi Jepang, NHK,
mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
17.
1987
-> Kodak mematenkan temuan OLED sebagai
peralatan display pertama kali.
18.
1995
-> Setelah puluhan tahun melakukan
penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil
menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian
megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari
perusahaan Matsushita.
19.
Dekade
2000 -> Masing masing jenis teknologi layar
semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk
terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
·
2.1.B Perbedaan Penerimaan Sinyal
Digital dan Analog
1.
Sinyal Analog adalah sinyal data
dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah
karakteristik gelombang. Dua Parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki
oleh isyarat analog adalah amplitudo dan frekuensi. Isyarat analog biasanya
dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar
untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
berdasarkan dari analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari
perbedaan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka
jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noice. Gelombang
pada sinyal analog yang umumnya terbentuk gelombang sinus memiliki tiga
variable dasar, yaitu Amplitudo, Frekuensi dan Phase.
·
Amplitudo merupakan
ukuran tingi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
·
Frekuensi adalah
jumlah gelombang sinyal analog dalam bentuk detik.
·
Phase adalah
besar sudut dari sinya analog pada saat tertentu.
2. Sinyal digital adalah merupakan sinyal data dalam bentuk
pulsa yang dapat mengalami perubahan yang tiba - tiba dan mempunyai besaran 0
dan 1. Sinyal teersebut hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan 1 sehingga
tidak mudah terpengaruh oleh darau, tetapi transmisi dengan sinyal digital
hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relative dekat. Biasanya
sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret.
Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasanya disebut dengan bit. Bit merupakan
istilah khas pada sinyal digital. Sebauh bit dapat berupa nol (0)
atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 baah (21)
kemungkinan nilai unutk 2 bit adalah sebanyak 4 (22), berupa
00 , 01, 10 dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi
n bit adalah sebesesar (2n) buah.
·
2,1,C Perbedaan Produksi TV
Digital dan Analog
Pada kenyataannya, memang siaran digital mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan dengan analog seperti kualitas gambar yang lebih baik
dan konsisten, banyaknya data yang bisa dikirim serta berbagai macam data bisa
kita kirim. Sinyal yang dikirim melalui siaran digital tidak akan
bermasalah seperti analog. Jika pada analog, semakin jauh dari pemancar maka
sinyal akan lemah yang berakibat pada kualitas gambar. Berbeda dengan digital,
selama TV bisa menerima sinyal (walaupun lemah), TV Digital akan tetap
menghasilkan kualitas gambar yang bagus.
Berdasarkan pernyataan
diatas bahwa Televisi Digital atau penyiaran secara digital berbeda dengan
penyiaran analog dan yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah jika dilihat
dari sisi sistem penyiaran sampai berimbas atau berujung kepada kualitas dan
kuantitas audio dan visual yang dihasilkan dari dua tipe penyiaran ini.
Digital Cinema
2.2 Digital Cinema
·
2.2.A Bagaimana Produksi Film
Digital
Film adalah merupakan media
komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, yaitu adalah
penglihatan dan pendengaran, yang dimana mempunyai tema sebuah cerita yang
banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat
dimana film itu sendiri tumbuh.
Produksi film adalah proses
pembuatan suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui
penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk
akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi.
Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomi, sosial,
dan politik,
dan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Biasanya
pmebuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari
beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih
lama lagi jika muncul masalah produksi.Tinjauan produksi film itu dapat dibagi
menjadi 3 yaitu ; pra-produksi, produksi dan post-produksi.
·
2.2.B Bagaimana Keunggulan dan
Keindahan Film Digital
1. Lebih Komprehensif
Perbedaan paling utama dan
mendasar adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih
komprehensif pada pembaca. Sebuah berita di era digital tak hanya terdiri dari
teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang mengawali
momen termutakhir dari berita bersangkutan.
Dengan satu klik, pembaca bisa
dibawa ke harta karun informasi digital yang bisa menjelaskan sejarah,
kronologi dan konteks dari peristiwa yang tengah diberitakan. Peranan ini tentu
saja tidak dimiliki oleh media cetak.
2. Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi
lebih otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada
video di halaman yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah
kredibilitas dan akurasi dari informasi yang dimuat di sana.
3. Big Data
Media digital yang belum banyak
digali adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua
angka-angka hasil survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil
pemantauan bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital
terbuka (open data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.
Jika dulu suratkabar atau
majalah hanya bisa memuat satu dua paragraf temuan berbagai survei itu dan
melengkapinya dengan wawancara dengan pakar untuk menafsirkan data, kini data
mentah itu bisa ditampilkan dengan utuh di laman media digital, dengan
visualisasi yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.
Jurnalisme data akan menjadi
tulang punggung utama jurnalisme di era digital, karena teknik ini memungkinkan
publik mengakses data mentah dengan utuh, tanpa perantara dari pakar,
pemerintah atau pengamat.
Untuk itu, jurnalis harus
belajar dan berusaha keras mencari semua data-data yang relevan buat publik,
membersihkannya dan menganalisanya, untuk kemudian ditampilkan dengan
visualisasi yang mudah dipahami audiens.
Hal itu sangat penting agar
data tak berhenti sebatas angka, namun bisa jadi pengetahuan yang berguna.
4. Interaksi Langsung
Yang satu ini menjadi kemampuan
media digital yang tidak ditemukan di media cetak manapun, yakni kemampuannya
untuk terhubung langsung dengan pembaca. Relasi atau engagement antara media,
jurnalis dan pembaca kini memasuki era baru.
Pembaca kini adalah bagian dari
redaksi, bagian dari newsroom di era digital. Mereka bisa memberikan tips,
bocoran, saran, komentar, secara real time, pada redaksi. Aturan baku di media
sosial adalah: selalu ada yang lebih tahu dari Anda di luar sana.
Pola diseminasi informasi di
era digital kini multi arah, tak lagi hanya searah dari ruang redaksi yang
“maha tahu” ke lautan pembaca yang perlu “diberi tahu”. Media massa kini adalah
bagian dari percakapan publik, dimana produksi informasi tak lagi dimonopoli
jurnalis.
Apa artinya? Ini kesempatan
besar untuk jurnalisme menjadi lebih relevan. Bukankah jurnalisme pada dasarnya
adalah upaya untuk menyediakan informasi yang penting dan berguna buat publik
sehingga publik bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik?
Jika khalayak ramai bisa
langsung berkomunikasi dengan media dan menyampaikan apa saja yang mereka
anggap penting, bukankah itu akan membuat redaksi dan jurnalis bisa bekerja
lebih baik?
Jika dulu sama sekali tidak ada
percakapan antara wartawan dan pembaca, kini publik dan media bisa bersama-sama
merumuskan agenda pemberitaan, memfokuskan perhatian pada lembaga-lembaga yang
memang perlu disorot karena dampaknya yang besar untuk kehidupan orang banyak.
·
2.2.C Bagaimana Distribusi dan
Pertunjukan Film Digital
Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini.
Penyebab anjloknya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, yaitu karena sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai pelosok
nusantara gulung tikar, dan sebaliknya bertumbuhan sinepleks mewah dengan beberapa
layar. Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang
dengan
jaringan importir milik sendiri,
serta berada di mal -
mal seputar Jabodetabek dan kota - kota besar.
Meskipun begitu, masa tayang film
Indonesia justru menjadi semakin singkat
dari rata -
rata delapan minggu tahun lalu menjadi
enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak, bukan hanya
jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan. Film-film besar Hollywood
kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan tahun lalu.
Berkurangnya masa tayang dan semakin sedikitnya layar yang menayangkan film
Indonesia dalam satu periode berarti mengurangi kesempatan masyarakat menonton.
Sayangnya, salah satu dari produser yang mengeluh
filmnya kehilangan banyak layar akibatnya serbuan
film impor baru tidak bersedia dikutip keterangannya karena alasan yang masuk akal.